Lelaki Paling
SederhanaPublikasi
Saya tak akan
menyebut namanya dalam tulisan ini, satu alasannya tentu saja untuk menjaganya
tetap rendah hati dan sesederhana kesederhanaannya saat ini. Lelaki ini sudah
menjadi sahabat saya sejak belasan tahun lalu saat kami sama-sama dipersatukan
dalam wadah organisasi pelajar islam. Hingga detik ini, sejak belasan tahun itu
pula ada yang tak berubah dari dirinya, yakni kesederhanaan yang erat melekat
dalam kesehariannya.
Ada banyak kisah kebersamaan dengannya. Medio tahun 2000,
beberapa bulan setelah saya menikah, isteri saya bercerita tentang sahabat
perempuannya yang juga berkeinginan mengakhiri fase kesendiriannya dan berharap
dipertemukan dengan seorang pangeran yang kan mengukirkan nama indahnya di atas
prasasti cinta berbingkai pernikahan. Terbetiklah nama sahabat saya itu untuk
dipertemukan dengan sahabat isteri saya. Lelaki ini bukanlah pangeran, ia tidak
akan membawa sekuntum bunga yang kan
disematkan ke hati yang merindu biru itu. Lelaki ini hanya punya satu cinta,
bukan cinta yang sederhana, melainkan cintanya kepada kesederhanaan.
Hari yang
ditentukan pun tiba, saya menjemput lelaki ini di kawasan Menteng untuk
beranjak ke Bogor.
Layaknya seorang lelaki yang hendak dipertemukan dengan gadis, pakaian
perlente, sisiran rambut klimis mengkilap ditambah empat-lima semprotan pewangi
di sudut-sudut tertentu tubuh semestinya dilakukan. Tidak dengan lelaki ini,
bersandal jepit, kaos oblong dari gantungan di balik pintu, mandi ala kadarnya
dan tak sempat ber-shampoo, berangkatlah ia. Sodoran pakaian lebih rapih dari
tangan ini ditolaknya halus, "gadis itu akan menikah dengan saya, bukan
dengan baju kamu." Mengalahlah saya.
Pertemuan di
selasar sebuah masjid di Bogor
pun begitu menegangkan, saya menangkap kerut tajam di alis gadis yang hendak
diperkenalkan dengan lelaki sederhana sahabat saya. Mencoba menebak gurat
wajahnya yang terlihat tak nyaman dengan penampilan lelaki yang ia mencoba
menautkan hati padanya. Akankah?
Malam setelah pagi
yang menegangkan itu, saya beranikan diri bertanya kepada isteri saya perihal
komentar, pikiran, tanggapan, penilaian dan juga perasaan sahabatnya terhadap
sahabat saya. "Aneh," cuma itu pernyataan yang keluar dari mulutnya
menjelang kami berpisah sebelum siang.
Kurang dari tiga
bulan lalu, perempuan sahabat isteri saya itu baru saja melahirkan anak kedua
dari suami yang empat tahun lalu dianggapnya aneh. Ya, lelaki sederhana itu
menjadi Ayah dari putri kedua perempuan yang sejak saya mengenalnya, ternyata
tak kalah sederhananya. Kalaulah ada perempuan yang bahagia menikah dengan
lelaki sederhana, ialah perempuan sederhana. Jika saya menganggap sahabat saya
itu lelaki paling sederhana yang pernah saya kenal, tentulah isterinya adalah
perempuan paling sederhana yang saya kenal.
***
Di saat beberapa
sahabat lain berkali-kali mengganti telepon selularnya, lelaki ini tak pernah
iri dan tetap setia dengan yang digenggamnya bertahun-tahun lalu. Sudah pasti
Anda tak akan pernah menemukan telepon selularnya di barisan barang bekas
sekali pun. Ia lebih sering mengganti nomor selularnya lantaran teramat sering
hangus tak terisi ulang.
Jangan pernah
tertipu dengan senyum manisnya yang sering menyembunyikan beribu gundah di
hatinya, tentang Ayahnya yang sakit-sakitan, kecemasan akan ibunya yang masih
saja berjualan nasi uduk di usia senjanya, tentang penghasilannya yang sudah
habis di pekan pertama. Kemampuannya mengubah sedih menjadi aura ketenangan di
wajah dan sikapnya seolah menjelaskan kepada siapa pun yang mengenalnya dengan
sebuah kalimat, "Tenang, semua bisa diatasi."
Saat SMA dahulu,
kami sering tertipu dengan senyum dan ketenangannya. Jika tak kami desak untuk
bercerita, tak kan
pernah tahu kami bahwa begitu cemasnya ia akan sebuah harapan untuk bisa
menyelesaikan sekolahnya. Pantaslah jika sang ibu membasahi pipinya dengan air
mata bangga saat lelaki sederhana itu menyandang gelar sarjana di tangannya.
Kalau Anda
bertanya siapa lelaki paling sederhana yang pernah saya kenal, saya akan
memperkenalkan Anda kepadanya. Saya bangga menjadi sahabatnya, ia sahabat
sekaligus guru saya.
Bayu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar